OPINI

Dewan Kesenian Kabupaten Tangerang Menuju Transformasi Organisasi

Minggu, 19 Januari 2025 | 16.16 WIB

“Hamdan Nata Baschara, S.H., M.H., Praktisi Hukum dan Pemerhati Budaya (Ketua Waruga Wangsa, Organisasi Keluarga Besar Trah Yudha Negara)”

TANGERANG,- Menghadapi Musyawarah Besar (Mubes) Dewan Kesenian Kabupaten Tangerang, perlu kiranya melakukan refleksi historis kehadiran dan eksistensi dewan kesenian.

Dewan Kesenian Jakarta menjadi cikal bakal lahirnya dewan Kesenian di berbagai daerah sekalipun baru diatur regulasinya tahun 1993 oleh Intruksi Menteri Dalam Negeri RI Nomor 5A Tahun 1993.

Dewan Kesenian Jakarta menunjukan eksistensinya sejak Gubernur Ali Sadikin dengan memberikan berbagai fasilitas kepada seniman dan budayawan serta membangun  berbagai fasilitas seni dan budaya seperti Taman Ismail Marzuki. Model pembinaan terhadap para seniman dan budayawan beserta kelembagaanya kemudian banyak di adopsi oleh berbagai daerah saat itu. 

Konferensi ketiga Dewan Kesenian se-Indonesia di Ujung Pandang tahun 1992 menandai babak baru sejarah eksistensi Dewan Kesenian di Indonesia, dalam konferensi tersebut merekomendasikasi agar Dewan Kesenian tidak hanya berdiri di beberapa daerah tertentu saja tetapi harus berdiri di semua wilayah yang di Indonesia.

Hasil konferensi Dewan Kesenian Se Indonesia disambut baik oleh Menteri Dalam Negeri Ali Sadikin dengan dikeluarkannya Intruksi Menteri Dalam Negeri No 5A Tahun 2023 tentang Pembentukan Dewan Kesenian  Dan Pembangunan Gedung Kesenian di Daerah tingkat I dan II. 

Melalui Intruksi Menteri Dalam Negeri banyak Kepala Daerah Tingkat I dan II waktu itu dan menuruskanya dengan membentuk dewan kesenian melalui Peraturan Bupati/Walikota atau Keputusan Bupati/Walikota.

Oleh karena Beleid tersebut bersifat umum maka banyak memberikan penafsiran yang berbeda beda sehingga ruang regulasi tersebut kurang memberikan ruang kepada Seniman dan budayawan untuk berkiprah di dewan kesenian yang ada hanya di isi oleh para birokrat, maka tak heran banyak seniman dan budayawan menjadi penonton di panggungnya sendiri. 

Baca Juga: Sosok Ibu Justru Perusak Masa Depanku


Landasan Sosiologis dan Yuridis Pemajuan Kebudayaan:

Kabupaten Tangerang memiliki entitas seni dan budaya yang unik sehingga menjadi identitas daerah. Entitas tersebut merupakan hasil akulturasi dari Sunda, Jawa Serang, Betawi, dan Tionghoa yang sudah berlangsung sejak berdirinya wilayah Tangerang. Pemajuan kebudayaan di Tangerang memiliki landasan sosiologis yang berakar pada keragaman budaya, sejarah, dan dinamika sosial masyarakatnya.

Transformasi Organisasi

Dewan Kesenian Kabupaten Tangerang (DKKT) memiliki peran sentral dalam pengembangan seni dan budaya daerah. Untuk tetap relevan di era perubahan yang cepat, DKKT perlu melakukan transformasi organisasi yang mampu meningkatkan kapasitas, efektivitas, dan daya saingnya sebagai lembaga seni dan budaya.

Strategi Transformasi Organisasi DKKT

1. Retrukturisasi Organisasi: Meninjau kembali struktur organisasi DKKT untuk memastikan efisiensi dan efektivitas serta ruang lingkupnya dengan melakukan penambahan nomenclatur menjadi Dewan Kesenian dan Kebudayaan.

2. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM): Memberikan pelatihan dan pendidikan bagi anggota DKKT untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam manajemen seni, pemasaran budaya, dan pengelolaan organisasi.

3. Pemanfaatan Teknologi Digital: Membuat platform digital untuk mendokumentasikan, mempromosikan, dan mengelola kegiatan seni dan budaya di Kabupaten Tangerang.

4. Penguatan Jaringan dan Kemitraan: Menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah, institusi pendidikan, komunitas seni budaya, dan meningkatkan keterlibatan sektor swasta dalam mendukung program seni dan budaya.

5. Evaluasi dan Monitoring Berkelanjutan: Membuat mekanisme evaluasi rutin terhadap program dan kegiatan DKKT untuk memastikan dampaknya terhadap masyarakat.

Transformasi organisasi Dewan Kesenian Kabupaten Tangerang adalah langkah penting untuk menghadapi tantangan zaman dan meningkatkan kontribusi terhadap pelestarian dan pengembangan seni budaya lokal. Dengan mengutamakan profesionalisme, adaptasi teknologi, dan kolaborasi, DKKT dapat menjadi organisasi yang lebih efektif, inklusif, dan berdampak bagi masyarakat luas.

Editor: Saepul As Syuja’i

Redaksi Focus

Putera Tigaraksa - Kab. Tangerang, Senang Berkegiatan Sosial. Berawal dari keinginan belajar menulis, kini menulis menjadi HOBI.

Artikel Terkait

Satu Commen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button